Dari Redaksi

84Sebagai pengikut Rasulullah SAW, kita harus memperhatikan diri kita agar senantiasa terhindar dari akhlak yang buruk. Di antara akhlak buruk yang sangat merusak adalah ujub dan sombong. Ujub adalah penyakit yang mematikan bagi banyak hal. Dia adalah penyakit bagi akal, ilmu, niat ikhlas dan kemajuan. Betapa banyak  ilmuwan yang telah mencapai derajat yang tinggi dalam ilmu pengetahuan, lalu dia merasa bangga dengan ilmunya sehingga dia pun berhenti berusaha untuk menambah ilmunya, dan akhirnya dia diungguli oleh orang lain. Betapa banyak orang yang berakhlak mulia, lalu dia merasa bangga dengan akhlak dirinya sehingga akhirnya dia menjadi orang yang menyimpang dari akhlak mulia. Karena itu, jangan Anda merasa bangga  dengan dirimu, walaupun Anda mempunyai fisik, ilmu, akhlak dan harta yang banyak. Karena, ujub akan menurunkan grafik prestasimu. Imam Ali berkata, “Ujub mencegah peningkatan.” Pada kesempatan lain beliau berkata, “Ujub adalah lawan kebenaran dan penyakit bagi akal.” Keburukan yang menyebabkan engkau menyesal itu lebih baik dibandingkan kebaikan  yang membuatmu bangga. Karena itu, agar tingkah laku kita menjadi bijaksana maka sebesar apapun harta, ilmu, dan kesejahteraan yang kita miliki, kita tetap harus bersikap tawadhu (rendah hati). Mesti diketahui bahwa manusia membenci orang yang bersikap sombong kepadanya, dan mencintai orang yang bersikap tawadhu kepadanya. Jadilah Anda seperti tangkai gandum yang penuh berisi, yang merunduk karena banyak mengandung isi. Imam Ali bin Abi Thalib Kw berkata, “Tidak ada yang dapat disombongkan manusia dari dirinya! Awalnya dia berupa sperma, akhirnya menjadi bangkai, tidak bisa memberi rezeki bagi dirinya dan tidak bisa menolak kematiannya.” Wallahu a’lam bisshawab.

                                                                                       

Wassalam              

Dari Redaksi

mitsal 83Tanpa membatasi hubungan antara pria dan perempuan atau dengan hubungan bebas yang tak terbatas, stimulasi dan agitasi seksual semakin meningkat  yang menyebabkan permintaan semakin tak terpenuhi dan tak terpuaskan.  Naluri seksual adalah naluri yang kuat dan berakar, bak samudera tak terselami.  Walaupun kita berpikir bahwa dengan menurutinya (hawa nafsu), seseorang akan mampu mengontrolnya, namun karakternya yang suka menentang akan terus mendesak. Ia laksana api, semakin disiram minyak, semakin berkobar. Sejarah menyebutkan, orang-orang yang tamak terhadap kesenangan seksual, maka dengan segala cara, mereka memiliki dan menguasai perempuan-perempuan cantik demi memenuhi hasrat-hasrat seksualnya. Itulah situasi mereka yang mempunyai kekuatan untuk menguasai kaum perempuan. Islam telah menetapkan cara untuk mengendalikan, menjinakkan dan menyeimbangkan naluri ini. Sesungguhnya, filosofi di balik hijab bagi perempuan dalam Islam adalah bahwa perempuan harus menutupi tubuhnya dalam berhubungan dengan pria, yang menurut hukum Allah, tidak mempunyai hubungan (keluarga) dengannya (non mahram) dan bahwa perempuan tidak seharusnya bersolek dan menjajakan dirinya. Al-Quran menyebutkan dalam surah An-Nur : 31, “Katakanlah kepada perempuan yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangan mereka dan kemaluan mereka, dan janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka, kecuali yang (biasa) tampak darinya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dada mereka, dan janganlah menampakkan  perhiasan mereka kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka,……” Wallahu a’lam bisshawab.

                                                                                       

Wassalam

Edisi 82Di Jazirah Arabia pada zaman jahiliah, ketika Islam datang, nasib para perempuan tidak jauh berbeda dengan nasib rekan-rekan mereka mereka di tempat lain. Mereka tidak mendapatkan hak-hak yang selayaknya. Memiliki anak perempuan dianggap aib, sehingga mereka banyak melakukan pembunuhan atas anak-anak perempuan. Al-Quran merekam dalam surah At-Takwir tentang perilaku jahiliah tersebut dalam peringatan abadi, “Apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup itu ditanya, karena dosa apakah dia dibunuh?” Islam kemudian mengakhiri praktek-praktek tersebut, dan sekaligus melakukan usaha emansipasi yang pertama dalam sejarah. Will Durant dalam The Story of Civilization menulis tentang jasa Muhammad SAW dalam meningkatkan dan memperbaiki hak-hak perempuan. Berikut sekilas petikannya, “Dia mengizinkan kaum perempuan untuk mendatangi masjid, tapi dia percaya bahwa ‘rumah-rumah mereka, adalah lebih baik bagi mereka’. Dia mengakhiri praktek pembunuhan terhadap bayi oleh orang-orang Arab. Dia menempatkan kaum perempuan sejajar dengan kaum pria dalam hal hukum dan kebebasan finansial, mereka boleh melakukan profesi absah apapun, memiliki perolehannya, mewarisi kekayaan dan menggunakan miliknya sesukanya. Dia telah menghapus adat Arab memindahtangankan kaum perempuan sebagai milikan dari ayah kepada anak laki-laki.” Petikan ini tentu saja tidak menggambarkan seluruh pandangan Islam tentang perempuan. Namun paling tidak, menunjukkan pengakuan sejarawan Barat mengenai kedudukan perempuan yang tinggi setelah kehadiran Islam. Begitu tingginya penghargaan Islam, sampai Nabi yang Mulia Muhammad SAW mewasiatkan agar orangtua mengutamakan pendidikan anak perempuannya. Wallahu a’lam bisshawab.

                                                                                       

Wassalam

Dari Redaksi

sampul edisi 81Realita dunia saat ini menunjukkan bahwa ketenangan dan kebahagiaan sejati menjadi bagian yang hilang dari manusia modern. Eskalasi produksi senjata destruktif, perang, aksi rasisme dan instabilitas di pasar global telah mengancam keamanan dan kesejahteraan dunia. Saat ini, para pemimpin Barat secara paksa telah merampas modal bangsa-bangsa yang mereka tindas. Rapuhnya sendi-sendi institusi keluarga, stress, kejahatan, kekerasan, narkotika dan penyelundupan manusia membuat keselamatan masa depan dunia terancam serius. Meski kita hidup di era kemajuan sains dan teknologi, tapi kita tetap menyaksikan penindasan dan pelanggaran terhadap berbagai bangsa. Dunia modern yang dilanda krisis ini membutuhkan ajaran Ilahi untuk memulihkan ketenangan, keamanan dan nilai-nilai moral yang tinggi. Ajaran tersebut adalah yang dibawa oleh Muhammad SAW. George Bernard Shaw, penulis asal Inggris mengatakan, “Dunia saat ini membutuhkan sosok seperti Muhammad untuk menyelesaikan kesulitan yang sangat rumit, sehingga manusia dapat minum secangkir kopi dengan tenang. Eropa saat ini mulai melakukan penyebaran secara luas hikmah-hikmah rasional Muhammad dan mereka mulai mencintai agama Muhammad. Mereka juga nantinya akan membersihkan ideologi dan pemikiran Islam dari tudingan era abad pertengahan. Agama Muhammad akan menjadi sistem yang bersandar pada perdamaian dan kebahagiaan serta filsafatnya akan membantu menyelesaikan beragam kendala dan kesulitan yang sangat rumit.” Dalam kesempatan yang lain, Sayyid Ali Khamenei mengatakan bahwa, “Penghormatan terhadap Nabi Muhammad SAW tidak boleh hanya sekedar ungkapan dan kata saja, akan tetapi upaya untuk mewujudkan pesan-pesan perdamaian dan persatuan dari  Rasulullah SAW harus menjadi prioritas negara-negara Islam dan bangsa Muslim.” Wallahu a’lam bisshawab.

                                                                                       

Wassalam

Dari Redaksi

sampul edisi 80Rasulullah SAW bersabda, “Manusia itu sedang tidur, jika mereka mati barulah mereka terbangun.” Manusia dalam kehidupan di dunia ini, seringkali dibuai dengan kenikmatan dan kebahagian yang bersifat material. Hal itu disebabkan karena tidak adanya perhatian sebagian besar manusia pada orientasi hidup yang lebih bermakna dan substansial. Kondisi seperti ini biasanya terjadi bila hati kita dihinggapi salah satu tabir spiritual yang bernama ‘kelalaian’. Tabir ini sangat tebal hingga terkadang membuat seseorang tidak menyadari bahwa dirinya telah jatuh ke dalamnya. Seperti orang yang tidur, ia tidak menyadari apa yang terjadi di sekelilingnya. Lihatlah apa yang dilakukan para pemuja hedonisme, konsumerisme, materialisme di saat menjelang pergantian tahun. Mereka berpesta-pora merayakan kegembiraan sepanjang malam, seakan mereka adalah pemilik dunia ini dan akan hidup selama-lamanya. Padahal hati yang di dunia lalai dari Allah SWT, tidak akan mampu melihat tanda-tanda kebesaran-Nya. Allah berfirman dalam surah Al-Hajj ayat 46, “Maka tidak pernahkah mereka berjalan di bumi, sehingga hati (akal) mereka dapat memahami, telinga mereka dapat mendengar? Sebenarnya bukan mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati mereka.” Pada nash lainnya, ayat 72 surah Al-Isra’ disebutkan, “Dan barangsiapa buta (hatinya) di dunia ini, maka di akhirat dia akan buta dan tersesat jauh dari jalan yang benar.” Kalau sudah begitu, manusia barulah menyesali apa yang telah diperbuatnya. Al-Quran mengingatkan, “Agar jangan ada orang yang mengatakan, ‘Alangkah besar penyesalanku atas kelalaianku dalam (menunaikan kewajiban) terhadap Allah, dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang memperolok-olokkan agama Allah.” Wallahu a’lam bisshawab.

Wassalam