DUA MAJELIS DISKUSI DI TENGAH MALAM ASYURA

Sayyidah Zainab menceritakan bahwa pada pertengahan malam Asyura, beliau mendatangi kemah saudaranya, Abu al-Fadl Abbas. Beliau melihat para pemuda Bani Hasyim tengah duduk melingkar di sekelilingnya. Da ia duduk dengan tegap sambil memancing diskusi dengan mereka. Ia berkata, “Wahai sadara-saudaraku! Wahai putera-putera pamanku! Besok, tatkala perang dengan musuh dimulai, kalian harus berada di depan dan merupakan orang pertama yang maju ke medan perang. Jangan sampai orang-orang mengatakan bahwa Bani Hasyim menjadikan kita sebagai penolong mereka sementara mereka lebih mengutamakan kehidupannya sendiri dibanding kematiannya.”

Para pemuda Bani Hasyim dengan penuh semangat menjawab, “Kami patuh pada perintah Anda”.

Sayyidah Zainab binti Ali bin Abi Thalib berkata, “Dari sana saya menuju kemah Habib bin Mazhahir dan melihat para sahabat (selain Bani Hasyim) duduk melingkarinya. Ia berkata kepada mereka, ‘Wahai para penolong! Besok tatkala perang dimulai, kalian harus menjadi orang pertama yang maju ke medan tempur, karena Bani Hasyim adalah para junjungan dan pembesar kita, dan kita harus berkorban untuk mereka.’” Para sahabat menjawab, ‘Benar sekali ucapanmu.’ Mereka pun menepati ucapan mereka dan bergerak maju ke medan tempur lebih dulu dari Bani Hasyim. Setelah melakukan perlawanan, akhirnya mereka gugur sebagai syuhada.

KETENANGAN JIWA IMAM HUSAIN DI HARI ASYURA

Imam Ali Zainal Abidin al-Sajjad berkata, “Di hari Asyura, peristiwa yang menimpa Imam Husain amatlah berat. Sebagian sahabat beliau melihat kondisi beliau yang amat berbeda dengan konsdisi mereka; tatkala kepungan musuh semakin ketat, mereka semakin bersedih dan jantungnya kian berdebar-debar. Tetapi, kondisi Imam Husain dan sebagian sahabat beliau justru menampakkan raut wajah yang kian berbinar-binar dan tubuhnya semakin tenang. Dalam keadaan itu, satu sama lain akan saling berkata, ‘Lihatlah, seakan-akan lelaki ini (Imam Husain) sama sekali tidak memiliki rasa gentar dalam menyambut kematian.’”

Imam Husain memandangi mereka dan berkata, “Wahai anak-anakku yang mulian dan agung, tenanglah, bersabar dan bertahanlah, sebab, kematian merupakan jembatan yang akan mengantarkan kalian dari berbagai kesulitan dan bencana menuju surga nan luas yang penuh kenikmatan kekal dan abadi. Adakah di antara kalian yang enggan dipindahkan dari penjara ke istana? Ya, kematian bagi musuh-musuh kalian laksana dipindahkan dari Istana menuju penjara. Ayahku meriwatkan dari Rasulullah SAW yang menyabdakan, ‘Sesungguhnya dunia ini adalah penjara bagi orang mukmin dan surga bagi orang kafir, dan kematian adalah jembatan mereka menuju surga-surganya dan jembatan mereka menuju jahim-jahim mereka.’”

Kemudian Imam Husain berkata, “Saya tidak berbohong dan tidak pula dibohongi (saya tidak berkata bohong dan saya juga tidak dibohongi ayah saya).”

Sumber : Kisah-Kisah Hikmah, Penerbit Qorina

Tinggalkan komentar